Kita mulai dengan ini...

2/2 "4 sehat 5 sempurna" 2009

Mari lupakan sejenak simbol-simbol abstrak makhluk-makhluk ciptaan di dunia nan kemilau akan imajinasi absurd. Mari hentikan sejenak ritual masturbasi fantasi yang mengatasnamakan hak asasi tanpa batas demi kesenangan semu.

Sebuah karya seni bukanlah apa-apa, tetapi akan lebih bermakna ketika menjadi media pembelajaran bersama. Tidak masalah ketika karya itu disajikan vulgar, tanpa harus penuh dengan hiruk pikuk metafora, dan kiasan dengan filosofi tingkat tinggi. 

Meminjam perumusan dari sebuah Lembaga kebudayaan Rakyat yang pernah berjaya di jamannyam, LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang kemudian semakin dipertegas oleh CC PKI melalui pidato D.N. Aidit, bahwa peranan seni dan sastra demikian krusialnya dalam menuntaskan tahapan-tahapan revolusi, pada KSSR (Konferensi Nasional Seni dan Sastra Revolusioner) di bulan Agustus dan September 1964, seni (termasuk seni rupa) yang baik adalah seni yang ‘meluas’ dan “meninggi empat mutu”.


Pertama Tinggi teknik. Pekarya sebaiknya memiliki skill yang mumpuni dalam berkeseni rupaan baik dalam komposisi, teori warna hingga anatomi yang benar. Tinggi kedia adalah tinggi estetis. Karya harus dapat menggerakkan kesadaran pemirsa kedalam sebuah bentuk perasaan yang diinginkan. Selanjutnya yang lebih penting adalah tinggi ideologi. Disini kita bicara tentang pemahaman ideologi pekerja seni yang membentuk warna dari karya yang diciptakkannya. Maka untuk membebaskan Rakyat dari ketertindasannya, sang perupa harus memiliki kesadaran anti kapitalisme serta anti feodalisme. 

karya rupa adalah media informasi, transfer semangat, dan media juang!!!!